GURURANTAU
GURURANTAU

KREASI MEMBUAT TOPENG DARI KERTAS KORAN BEKAS

Kegiatan pembelajaran di SD Cibatear kelas 5

GURURANTAU

AKSI SDN 2 CIKUYA

Opik, M.Pd (Pembina Aksi/Guru SDN 2 Cikuya)

GURURANTAU

Teknik Untuk Memicu Siswa Sekolah Dasar Kelas V Gemar Membaca Buku Pelajaran

Haturan Wilujeng Sumping Ka Sadayana di Situs Guru Rantau Pustaka Culamega

GURURANTAU

PUISI: MELINTASI TASIK SELATAN

Karya: Opik, M.Pd.

Kamis, 06 Oktober 2016




Kamis, 11 Desember 2014

KEGIATAN DI SAUNG TBM PUSTAKA CULAMEGA

Babalagonjangan jeung barudak tiap ba'da Isya bari saeutik-saeutik nepakeun pangaweruh nu kira-kira pimanfaateun keur maranehna. kukitu saeutik gering hate kusabab jauh ti kulawarga bisa kaubaran. Ngan ku sumanget, kaikhlasan jeung elmu nu saeutik ieu kuring bisa ngagunakeun sesa hirup, susuganan jadi jelema nu manfaat mungguhing Pangeran



Kamis, 27 Februari 2014

TEMAN SEJATI

Pada Hari Minggu, sekitar pukul 07.00, sejumlah anak-anak kelas VI SD N Curugtelu,  yaitu Alek, Irwan, Atep, dan Kikin bermusyawarah kecil untuk kegiatan memancing ke sungai Cipalu. Dalam musyawarah tersebut mereka membagi-bagi alat yang harus dibawa, dan tugas ketika sudah berada di Sungai. “Teman-teman apa yang harus kita persiapkan sebelum memancing?” tanya kikin. Atep menjawab, “Bagaimana kalau yang membawa alat pancing tiga orang, dan yang bertugas memasak satu orang.” Alek menyanggah, “Aaah! kalau yang memasak satu orang tidak adil, bagaimana kalau dua orang, aku dan irwan?” “Setuju!” kata Irwan. Baiklah kalau begitu, apakah setuju semuanya?” Tanya Kikin. “Setujuuu!” semuanya menjawab. Lalu mereka bersiap- siap untuk segera berangkat ke sungai.
Sekitar jam 07.30 mereka berangkat menuju sungai Cipalu, dengan membawa alat-alat yang sudah dipesiapkan. Kikin dan Atep membawa alat pancing sedangkan Alek dan Irwan membawa alat-alat untuk memasak nasi liwet dan makanan lainnya. Mereka sangat pandai dalam membagi-bagikan tugas, sehingga tidak ada seorangpun yang cemburu atas tugas masing-masing.
Selama diperjalanan, mereka bercakap-cakap. “Teman-teman, kira-kira ikanya banyak tidak ya?” tanya Kikin. Atep menjawab,”bagaimana nanti saja, kita tidak bisa memastikan sekarang, Hanya Allah SWT yang Maha Tahu atas apa yang akan terjadi pada diri kita.” Ketika itu Irwan ikut nimrung, “ Benar apa yang dikatakan Atep, manusia hanya punya rencana, yang menentukan berhasil tidaknya hanya Allah,”
Sesampainya di sungai,  Kikin dan Atep mencari lokasi yang strategis untuk memancing, sementara irwan dan alek mencari lokasi untuk memasak dan memasang alat-alat pancing, menyimpan bahan makanan, memposisikan dan membuat tungku untuk memasak nasi liwet. Ketika itu kikin dan Atep menemukan tempat yang bagus untuk memancing, yaitu di bawah air terjun Cipalu yang kedua. “ Tep, saya di sini dan kamu sebelah sana ya!” Kata Kikin sambil menunjukkan tempat untuk Atep memancing. Atep segera menghampiri tempat itu, memang tempatnya cukup strategis dengan adanya pohon albasiah besar sehingga keadaannya teduh. Setelah tempat memancing telah ditentukan, mereka kembali lagi ke tempat irwan dan Alek berada. Ketika itu Alek bertanya, “Kin, apakah tempat mancingnya sudah ditemukan? Kikin menjawab, “Sudah, bahkan sangat strategis sekali, bagaimana kailnya sudah dipasang? Kikin balik bertanya. “Sudah! bahkan tungku dan alat-alat yang lainnya sudah siap,” Jawab Alek. “Bagus kalau begitu! kalian berdua tunggu di sini ya, sedangkan aku dan Atep akan memancing. Setelah mereka bincang-bincang sejenak, Atep dan Kikin berangkat dengan membawa alat-alat pancing terus menuju tempat yang tadi.
Sesampainya di tempat pemancingan, yaitu air terjun Curugtelu yang kedua, mereka memposisikan diri di tempat masing-masing. Atep berada di dekat batu besar dan Kikin memilih tempat di bawah pohon Albasiah yang ukurannya besar. Keadaan tempat mereka duduk dengan air sungai sangatlah curam, sehingga kalau terjatuh akan sangat berbahaya. Disamping curam, juga air tejun kedua sungai curugtelu sangatlah dalam.
Setelah umpan dipasang, Atep dan Kikin membanting joran ke tengah sungai sehingga pancingnya tercebur ke air dan jorannya dimasukkan di sela batu. Selang beberapa menit, joran Atep bergetar yang menandakan adanya ikan yang memakan umpan. Kemudian atep menarik pancing tersebut dengan segera. “wah, aku dapat ikan besar ni!” Teriak Atep. Saat itu Kikin melirik ke arah atep berada,” Tep, cepat angkat! Teriak Kikin. Saat itu Atep mengangkat jorannya, dan ternyata ikan yang didapat Atep adalah ikan mas yang ukurannya cukup besar. Setelah ikan berada di darat, Atep membuka mata kail dari mulut ikan kemudian memasukkannya ke dalam korang. “kin, kamu dapat belum?” Tanya Atep. Kikin menjawab, “Belum, mungkin umpan pancingku sudah habis,” seru Kikin sambil melirik kepada Atep. Tetapi saat itu joran Kikin bergetar hebat, dan joran tersebut terlepas dari himpitan batu, kejadian itu terlihat oleh Atep. “Kin, itu joranmu terlepas! Teriak atep. Saat itu Kikin terperanjat dan langsung menyambar ujung joran. Sayang joran tersebut hanya ujungnya yang didapat dan Kikin meraihnya sambil jongkok. Ketika itu keadaan batu sangat licin, dan Kikin terpeleset. Sehingga saat itu pula Kikin terjatuh, dan melayang tercebur ke sungai. Kikin berteriak minta tolong, “Tep, tolooong! Atep terperanjat dan segera menghampiri tempat Kikin memancing.
Ketika itu Atep bingung, apa yang harus dilakukan. Selang beberapa detik atep segera mengambil tindakan. Dia berteriak sekeras-kerasnya, “Lek…,Wan…Cepat kesini!” karena tempat memancing Atep dan Kikin tidak begitu jauh, sehingga teriakan Atep terdengar oleh Alek dan Irwan. Mendengar teriakan Atep, mereka segera ke sana dengan terburu-buru. Sesampainya ke tempat memancing Alek bertanya, “Ada apa Tep, teriak-teriak? Atep segera menjawab, “I..i.tu Si Kikin jatuh ke sungai,” sambil menunjukkan ke arah tempat Kikin terjatuh. Ketika itu Alek dan Irwan melirik kearah yang ditunjukan Atep. “Bagaimana sekarang?” Tanya Irwan. “Bagaimana kalau kita semuanya turun untuk menolong Kikin? Mereka semua menjawab, “ Iya, kita tolong sama-sama. Kemudian mereka bertiga segera turun ke sungai melalui jalan yang curam. Setelah mereka sampai ke ke bawah dekat sungai, keempat orang anak itu langsung lompat ke arah Kikin tenggelam. Mereka panggil Kikin, “Kin..Kin.! Lek, ayo kita berenang untuk menemukan Kikin,” ajak Atep. Hampir lima menit Kikin belum diketemukan, mereka terus mencari dan mencari. Menginjak menit ke enam Atep berteriak, “Lek..Wan..Kikin ada di sini. Ketika itu, keadaan kikin terkulai lemas. Kemudian mereka membopong dengan susah payah menuju ke darat pinggir sungai. Sesampainya di darat mereka meletakkan Kikin di tempat yang aman. Kemudian Atep menghampiri Kikin,”teman-teman siapa yang bisa melakukan pertolongan pertama untuk Kikin?” Tanya  Atep.  Alek segera menjawab, “Biar aku saja!” lalu alek memberikan nafas buatan, dengan menyedot air dari mulut Kikin. Tidak lama kemudian Kikin bergerak perlahan, dan akhirnya Kikin muntah air yang cukup banyak. Ketika itu Irwan tidak tinggal diam, dia memijit punggung Kikin.
Selang beberapa detik  kikin siuman dengan keadaan belum normal, diakibatkan masih trauma dengan kejadian tadi. Alek bertanya kepada Kikin,”Kin, bagaimana awal kejadian yang sebenarnya?” Kikin menjawab dengan suara yang lemas, “A..aaku meraih joran dengan terburu-buru dan aku terpeleset sehingga aku langsung jatuh  ke sungai. “Ketika kamu melayang, kamu ingat tidak? ”Tanya Irwan. “Ingat hingga aku tercebur ke air, tetapi ketika aku tenggelam aku tidak ingat lagi.” Jawab Kikin. “ya sudahlah, pokoknya kamu selamat Kin,”kata Alek sambil belai rambut Kikin.
Setelah Kikin sadar kembali, lalu mereka kembali ke tempat memasak. Di sana mereka bercakap-cakap, dan akhirnya mereka terus memasak dengan lauk satu ekor ikan mas yang didapat Atep dari hasil pancingan tadi, ikan peda, lalapan serta sambal. Selang 20 menit, selesailah, mereka makan dan langsung beres-beres untuk pulang.
Selama mereka dalam perjalanan pulang, mereka bercakap-cakap seputar kejadian yang telah dialami. “kalau kita ingat dengan kejadian tadi, aku jadi takut untuk memancing lagi, kata Irwan sambil berjalan menuju kampong Curugtelu. Atep mengomentari ucapan Irwan, “Kamu ini bagaimana? Kalau kita ada keinginan, pasti ada halangan atau rintangan, kita jangan putus asa.” Selama diperjalanan mereka terus ngobrol seputar kejadian, sehingga tidak terasa sudah sampai ke tempat tujuan.
Sesampainya di depan rumah Alek, Kikin, Atep dan Irwan berpamitan untuk pulang ke rumah masing-masing. Ketika itu alek masuk ke dalam rumahnya dan berkata pada teman-temannya,”sampai berjumpa lagi besok teman-teman.” Ketiga temannya menjawab,”ya, mari Lek!” kata ketiga temannya sambil meninggalkan lokasi rumah Alek. Alek mendekati pintu, dan mengucap dulu salam  “Assalamualaikum!” ketika itu tidak ada yang menjawab, mungkin orang tuanya lagi berada di luar rumah. Kemudian Alek membukakan pintu, tapi sayangnya pitu terkunci. Ketika itu ia mengambil kunci di atas kusen jendela. Sepertinya ia tahu, bahwa ketika tidak ada orang di rumah, kunci disimpan di sana. Setelah kuncinya diambil, kemudian alek membuka kuncinya sehingga pitu terbuka. Masuklah Alek ke dalam rumah. Suasana rumah ketika itu hening, yang terdengar hanya kicauan burung di dahan pohon yang ada di seputar rumahnya. Ia segera menuju kamar mandi untuk membersihkan badan yang kotor selepas berenang menolong Kikin. Setelah selesai mandi, Alek mengganti pakaian dan mencuci pakaian yang kotor. Alek memang anak yang rajin. Ia sangat bertanggung jawab atas apa yang telah dilakukan, sehingga tidak begitu merepotkan orang tuanya.
Setelah semuanya selesai dikerjakan dengan tuntas, Alek merencanakan untuk mengaji di Madrasah. Ia mempersiapkan segala sesuatunya yang akan digunakan di tempat itu. Ia memakai busana muslim yang biasa digunakan untuk kegiatan itu.
Sekitar pukul 14.50,  Alek keluar dari rumahnya, menuju Madrasah yang tidak begitu jauh jaraknya. Setelah berada di depan rumah, ia membaca doa,” tawakaltu alalllohu walahaula walakuata illa billahil alihil azdim. Kemudian ia melangkahkan kakinya dengan pasti. Alek begitu ikhlas dan semangat dalam mencari ilmu.
Selama perjalanan, Alek menikmati keindahan alam yang ada. Kebetulan ketika itu angin menyapa pohon dan sesuatu yang ada di di depannya. Ia mendesir menerpa Alek  dan pepohonan yang bediri tegak dan melambaikan daun-daunnya. “Allahu Akbar!” kata renungan  yang dilontarkan dari mulut Alek.
Tidak terasa olehnya, sampailah ke tempat tujuan. Di sana sudah ada sejumlah temannya yang sudah menanti sejak tadi. Kemudian mereka berkumpul sambil bercakap-cakap sembari menunggu bel masuk berdenting. Selang beberapa saat, bel masuk berbunyi, teng ... teng ...teng! mereka terperanjat kaget, karena suara bel dekat sekali dengan indra pendengarannya.
Mereka berbaris di depan kelas, dikomando oleh Alek. Alek diangkat Ketua murid oleh teman-temannya yang dipilih melalui pemungutan suara. Sungguh disiplin anak-anak Madrasah Darul Falah. Mereka pandai dalam melakukan tindakan. Segala aturan di lembaga tersebut dilaksanakan dengan baik.

Setelah berada di dalam ruangan kelas, mereka duduk di kursi masing-masing dengan tertib. Selang beberapa detik, guru kelas mereka masuk, “ Assalamualaikum! kata Pak Guru yang bernama Bejo. Ketika itu anak-anak serempak menjawab, “ Waalaikum salam”. Alek langsung memimpin do’a, “Siap, beri hormat!” Anak anak yang lain langsung berdoa serempak dengan keadaan duduk tegap.

Karya : Dadang Suparman, S. Pd