Kamis, 06 Oktober 2016
Kamis, 11 Desember 2014
KEGIATAN DI SAUNG TBM PUSTAKA CULAMEGA
03.10
No comments
Babalagonjangan jeung barudak tiap ba'da Isya bari saeutik-saeutik nepakeun pangaweruh nu kira-kira pimanfaateun keur maranehna. kukitu saeutik gering hate kusabab jauh ti kulawarga bisa kaubaran. Ngan ku sumanget, kaikhlasan jeung elmu nu saeutik ieu kuring bisa ngagunakeun sesa hirup, susuganan jadi jelema nu manfaat mungguhing Pangeran
Kamis, 27 Februari 2014
TEMAN SEJATI
Pada
Hari Minggu, sekitar pukul 07.00, sejumlah anak-anak kelas
VI SD N Curugtelu, yaitu Alek, Irwan,
Atep, dan Kikin bermusyawarah kecil untuk kegiatan
memancing ke sungai Cipalu. Dalam musyawarah tersebut mereka membagi-bagi
alat yang harus dibawa, dan tugas ketika sudah berada di
Sungai. “Teman-teman apa yang harus kita persiapkan sebelum memancing?” tanya kikin. Atep menjawab, “Bagaimana kalau yang membawa alat pancing tiga
orang, dan yang bertugas memasak satu orang.” Alek menyanggah, “Aaah! kalau yang memasak satu orang tidak adil,
bagaimana kalau dua orang, aku dan irwan?” “Setuju!” kata Irwan. Baiklah kalau
begitu, apakah setuju semuanya?” Tanya Kikin. “Setujuuu!” semuanya menjawab.
Lalu mereka bersiap- siap untuk segera berangkat ke sungai.
Sekitar
jam 07.30 mereka berangkat menuju sungai Cipalu, dengan membawa alat-alat yang
sudah dipesiapkan. Kikin dan Atep membawa alat pancing sedangkan Alek dan Irwan
membawa alat-alat untuk memasak nasi liwet
dan makanan lainnya. Mereka sangat pandai dalam membagi-bagikan tugas, sehingga
tidak ada seorangpun yang cemburu atas tugas masing-masing.
Selama
diperjalanan, mereka bercakap-cakap. “Teman-teman, kira-kira
ikanya banyak tidak ya?” tanya Kikin. Atep menjawab,”bagaimana nanti saja, kita
tidak bisa memastikan sekarang, Hanya Allah
SWT yang Maha Tahu atas apa yang akan terjadi pada diri kita.” Ketika itu Irwan ikut nimrung, “ Benar apa yang dikatakan Atep, manusia
hanya punya rencana, yang menentukan berhasil tidaknya hanya Allah,”
Sesampainya
di sungai, Kikin dan Atep mencari lokasi
yang strategis untuk memancing, sementara irwan dan alek mencari lokasi untuk
memasak dan memasang alat-alat pancing, menyimpan bahan makanan, memposisikan
dan membuat tungku untuk memasak nasi liwet. Ketika itu kikin dan Atep
menemukan tempat yang bagus untuk memancing, yaitu di bawah air terjun Cipalu
yang kedua. “ Tep, saya di sini dan kamu sebelah sana ya!” Kata Kikin sambil
menunjukkan tempat untuk Atep memancing. Atep segera menghampiri tempat itu,
memang tempatnya cukup strategis dengan adanya pohon albasiah besar sehingga
keadaannya teduh. Setelah tempat memancing telah ditentukan, mereka kembali
lagi ke tempat irwan dan Alek berada. Ketika itu Alek bertanya, “Kin, apakah
tempat mancingnya sudah ditemukan? Kikin menjawab, “Sudah, bahkan sangat
strategis sekali, bagaimana kailnya sudah dipasang? Kikin balik bertanya.
“Sudah! bahkan tungku dan alat-alat yang lainnya sudah siap,” Jawab Alek.
“Bagus kalau begitu! kalian berdua tunggu di sini ya, sedangkan aku dan Atep
akan memancing. Setelah mereka bincang-bincang sejenak, Atep dan Kikin
berangkat dengan membawa alat-alat pancing terus menuju tempat yang tadi.
Sesampainya
di tempat pemancingan, yaitu air terjun Curugtelu yang kedua, mereka
memposisikan diri di tempat masing-masing. Atep berada di dekat batu besar dan
Kikin memilih tempat di bawah pohon Albasiah yang ukurannya besar. Keadaan tempat mereka duduk dengan air sungai sangatlah
curam, sehingga kalau terjatuh akan sangat berbahaya. Disamping curam, juga air
tejun kedua sungai curugtelu sangatlah dalam.
Setelah
umpan dipasang, Atep dan Kikin membanting joran ke tengah sungai sehingga
pancingnya tercebur ke air dan jorannya dimasukkan di sela batu. Selang beberapa
menit, joran Atep bergetar yang menandakan adanya ikan yang
memakan umpan. Kemudian atep menarik pancing tersebut dengan segera. “wah, aku
dapat ikan besar ni!” Teriak Atep. Saat itu Kikin melirik ke arah atep berada,”
Tep, cepat angkat! Teriak Kikin. Saat itu Atep mengangkat jorannya, dan
ternyata ikan yang didapat Atep adalah ikan mas yang ukurannya cukup besar.
Setelah ikan berada di darat, Atep membuka mata kail dari mulut ikan kemudian
memasukkannya ke dalam korang. “kin, kamu dapat belum?” Tanya Atep. Kikin
menjawab, “Belum, mungkin umpan pancingku sudah habis,” seru Kikin sambil
melirik kepada Atep. Tetapi saat itu joran Kikin bergetar hebat, dan joran
tersebut terlepas dari himpitan batu, kejadian itu terlihat oleh Atep. “Kin,
itu joranmu terlepas! Teriak atep. Saat itu Kikin terperanjat dan langsung
menyambar ujung joran. Sayang joran tersebut hanya ujungnya yang didapat dan Kikin
meraihnya sambil jongkok. Ketika itu keadaan batu sangat licin, dan Kikin
terpeleset. Sehingga saat itu pula Kikin terjatuh, dan melayang tercebur ke
sungai. Kikin berteriak minta tolong, “Tep, tolooong! Atep terperanjat dan
segera menghampiri tempat Kikin memancing.
Ketika
itu Atep bingung, apa yang harus dilakukan. Selang beberapa detik atep segera
mengambil tindakan. Dia berteriak sekeras-kerasnya, “Lek…,Wan…Cepat kesini!”
karena tempat memancing Atep dan Kikin tidak begitu jauh, sehingga teriakan
Atep terdengar oleh Alek dan Irwan. Mendengar teriakan Atep, mereka segera ke sana dengan terburu-buru. Sesampainya ke tempat
memancing Alek bertanya, “Ada apa Tep, teriak-teriak? Atep segera menjawab,
“I..i.tu Si Kikin jatuh ke sungai,” sambil menunjukkan ke arah tempat Kikin
terjatuh. Ketika itu Alek dan Irwan melirik kearah yang ditunjukan Atep.
“Bagaimana sekarang?” Tanya Irwan. “Bagaimana kalau kita semuanya turun untuk
menolong Kikin? Mereka semua menjawab, “ Iya, kita tolong sama-sama. Kemudian
mereka bertiga segera turun ke sungai melalui jalan yang curam. Setelah mereka
sampai ke ke bawah dekat sungai, keempat orang anak itu langsung lompat ke arah
Kikin tenggelam. Mereka panggil Kikin, “Kin..Kin.! Lek, ayo kita berenang untuk
menemukan Kikin,” ajak Atep. Hampir lima menit Kikin belum diketemukan, mereka
terus mencari dan mencari. Menginjak menit ke enam Atep berteriak,
“Lek..Wan..Kikin ada di sini. Ketika itu, keadaan kikin terkulai lemas.
Kemudian mereka membopong dengan susah payah menuju ke darat pinggir sungai.
Sesampainya di darat mereka meletakkan Kikin di tempat yang aman. Kemudian Atep
menghampiri Kikin,”teman-teman siapa yang bisa melakukan pertolongan pertama
untuk Kikin?” Tanya Atep. Alek segera menjawab, “Biar aku saja!” lalu
alek memberikan nafas buatan, dengan menyedot air dari mulut Kikin. Tidak lama
kemudian Kikin bergerak perlahan, dan akhirnya Kikin muntah air yang cukup
banyak. Ketika itu Irwan tidak tinggal diam, dia memijit punggung Kikin.
Selang
beberapa detik kikin siuman dengan
keadaan belum normal, diakibatkan masih trauma dengan kejadian tadi. Alek
bertanya kepada Kikin,”Kin, bagaimana awal kejadian yang sebenarnya?” Kikin
menjawab dengan suara yang lemas, “A..aaku meraih joran dengan terburu-buru dan
aku terpeleset sehingga aku langsung jatuh ke sungai. “Ketika kamu melayang, kamu ingat
tidak? ”Tanya Irwan. “Ingat hingga aku
tercebur ke air, tetapi ketika aku tenggelam aku tidak ingat lagi.” Jawab
Kikin. “ya sudahlah, pokoknya kamu selamat Kin,”kata Alek sambil belai rambut
Kikin.
Setelah
Kikin sadar kembali, lalu mereka kembali ke tempat memasak. Di sana mereka
bercakap-cakap, dan akhirnya mereka terus memasak dengan lauk satu ekor ikan mas
yang didapat Atep dari hasil pancingan tadi, ikan peda, lalapan serta sambal.
Selang 20 menit, selesailah, mereka makan dan langsung beres-beres untuk
pulang.
Selama
mereka dalam perjalanan pulang, mereka bercakap-cakap seputar kejadian yang
telah dialami. “kalau kita ingat dengan kejadian tadi, aku jadi takut untuk
memancing lagi, kata Irwan sambil berjalan menuju kampong Curugtelu. Atep
mengomentari ucapan Irwan, “Kamu ini bagaimana? Kalau kita ada keinginan, pasti
ada halangan atau rintangan, kita jangan putus asa.” Selama diperjalanan mereka
terus ngobrol seputar kejadian, sehingga tidak terasa sudah sampai ke tempat
tujuan.
Sesampainya
di depan rumah Alek, Kikin, Atep dan Irwan berpamitan untuk pulang ke rumah
masing-masing. Ketika itu alek masuk ke dalam rumahnya dan berkata pada
teman-temannya,”sampai berjumpa lagi besok teman-teman.” Ketiga temannya
menjawab,”ya, mari Lek!” kata ketiga temannya sambil meninggalkan lokasi rumah
Alek. Alek mendekati pintu, dan mengucap dulu salam “Assalamualaikum!” ketika itu tidak ada yang
menjawab, mungkin orang tuanya lagi berada di luar rumah. Kemudian Alek
membukakan pintu, tapi sayangnya pitu terkunci. Ketika itu ia mengambil kunci
di atas kusen jendela. Sepertinya ia tahu, bahwa ketika tidak ada orang di
rumah, kunci disimpan di sana. Setelah kuncinya diambil, kemudian alek membuka
kuncinya sehingga pitu terbuka. Masuklah Alek ke
dalam rumah. Suasana rumah ketika itu hening, yang terdengar hanya kicauan
burung di dahan pohon yang ada di seputar rumahnya. Ia segera menuju kamar mandi untuk membersihkan badan yang kotor selepas
berenang menolong Kikin. Setelah selesai mandi, Alek mengganti pakaian dan mencuci pakaian yang kotor. Alek memang anak yang
rajin. Ia sangat bertanggung jawab atas apa yang telah dilakukan, sehingga tidak
begitu merepotkan orang tuanya.
Setelah semuanya selesai dikerjakan dengan tuntas, Alek merencanakan untuk
mengaji di Madrasah. Ia mempersiapkan segala sesuatunya yang akan digunakan di
tempat itu. Ia memakai busana muslim yang biasa digunakan untuk kegiatan itu.
Sekitar pukul 14.50, Alek keluar
dari rumahnya, menuju Madrasah yang tidak begitu jauh jaraknya. Setelah berada
di depan rumah, ia membaca doa,” tawakaltu alalllohu walahaula walakuata illa billahil
alihil azdim. Kemudian ia melangkahkan kakinya dengan pasti. Alek begitu ikhlas
dan semangat dalam mencari ilmu.
Selama perjalanan, Alek menikmati keindahan alam yang ada. Kebetulan ketika
itu angin menyapa pohon dan sesuatu yang ada di di depannya. Ia mendesir
menerpa Alek dan pepohonan yang bediri
tegak dan melambaikan daun-daunnya. “Allahu Akbar!” kata renungan yang dilontarkan dari mulut Alek.
Tidak terasa olehnya, sampailah ke tempat tujuan. Di sana sudah ada
sejumlah temannya yang sudah menanti sejak tadi. Kemudian mereka berkumpul sambil
bercakap-cakap sembari menunggu bel masuk berdenting. Selang beberapa saat, bel
masuk berbunyi, teng ... teng ...teng! mereka terperanjat kaget, karena suara
bel dekat sekali dengan indra pendengarannya.
Mereka berbaris di depan kelas, dikomando oleh Alek. Alek diangkat Ketua
murid oleh teman-temannya yang dipilih melalui pemungutan suara. Sungguh
disiplin anak-anak Madrasah Darul Falah. Mereka pandai dalam melakukan
tindakan. Segala aturan di lembaga tersebut dilaksanakan dengan baik.
Setelah berada di dalam ruangan kelas, mereka duduk di kursi masing-masing
dengan tertib. Selang beberapa detik, guru kelas mereka masuk, “
Assalamualaikum! kata Pak Guru yang bernama Bejo. Ketika itu anak-anak serempak
menjawab, “ Waalaikum salam”. Alek langsung memimpin do’a, “Siap, beri hormat!”
Anak anak yang lain langsung berdoa serempak dengan keadaan duduk tegap.
Karya : Dadang Suparman, S. Pd