Babalagonjangan jeung barudak tiap ba'da Isya bari saeutik-saeutik nepakeun pangaweruh nu kira-kira pimanfaateun keur maranehna. kukitu saeutik gering hate kusabab jauh ti kulawarga bisa kaubaran. Ngan ku sumanget, kaikhlasan jeung elmu nu saeutik ieu kuring bisa ngagunakeun sesa hirup, susuganan jadi jelema nu manfaat mungguhing Pangeran
Kamis, 11 Desember 2014
Kamis, 27 Februari 2014
TEMAN SEJATI
Pada
Hari Minggu, sekitar pukul 07.00, sejumlah anak-anak kelas
VI SD N Curugtelu, yaitu Alek, Irwan,
Atep, dan Kikin bermusyawarah kecil untuk kegiatan
memancing ke sungai Cipalu. Dalam musyawarah tersebut mereka membagi-bagi
alat yang harus dibawa, dan tugas ketika sudah berada di
Sungai. “Teman-teman apa yang harus kita persiapkan sebelum memancing?” tanya kikin. Atep menjawab, “Bagaimana kalau yang membawa alat pancing tiga
orang, dan yang bertugas memasak satu orang.” Alek menyanggah, “Aaah! kalau yang memasak satu orang tidak adil,
bagaimana kalau dua orang, aku dan irwan?” “Setuju!” kata Irwan. Baiklah kalau
begitu, apakah setuju semuanya?” Tanya Kikin. “Setujuuu!” semuanya menjawab.
Lalu mereka bersiap- siap untuk segera berangkat ke sungai.
Sekitar
jam 07.30 mereka berangkat menuju sungai Cipalu, dengan membawa alat-alat yang
sudah dipesiapkan. Kikin dan Atep membawa alat pancing sedangkan Alek dan Irwan
membawa alat-alat untuk memasak nasi liwet
dan makanan lainnya. Mereka sangat pandai dalam membagi-bagikan tugas, sehingga
tidak ada seorangpun yang cemburu atas tugas masing-masing.
Selama
diperjalanan, mereka bercakap-cakap. “Teman-teman, kira-kira
ikanya banyak tidak ya?” tanya Kikin. Atep menjawab,”bagaimana nanti saja, kita
tidak bisa memastikan sekarang, Hanya Allah
SWT yang Maha Tahu atas apa yang akan terjadi pada diri kita.” Ketika itu Irwan ikut nimrung, “ Benar apa yang dikatakan Atep, manusia
hanya punya rencana, yang menentukan berhasil tidaknya hanya Allah,”
Sesampainya
di sungai, Kikin dan Atep mencari lokasi
yang strategis untuk memancing, sementara irwan dan alek mencari lokasi untuk
memasak dan memasang alat-alat pancing, menyimpan bahan makanan, memposisikan
dan membuat tungku untuk memasak nasi liwet. Ketika itu kikin dan Atep
menemukan tempat yang bagus untuk memancing, yaitu di bawah air terjun Cipalu
yang kedua. “ Tep, saya di sini dan kamu sebelah sana ya!” Kata Kikin sambil
menunjukkan tempat untuk Atep memancing. Atep segera menghampiri tempat itu,
memang tempatnya cukup strategis dengan adanya pohon albasiah besar sehingga
keadaannya teduh. Setelah tempat memancing telah ditentukan, mereka kembali
lagi ke tempat irwan dan Alek berada. Ketika itu Alek bertanya, “Kin, apakah
tempat mancingnya sudah ditemukan? Kikin menjawab, “Sudah, bahkan sangat
strategis sekali, bagaimana kailnya sudah dipasang? Kikin balik bertanya.
“Sudah! bahkan tungku dan alat-alat yang lainnya sudah siap,” Jawab Alek.
“Bagus kalau begitu! kalian berdua tunggu di sini ya, sedangkan aku dan Atep
akan memancing. Setelah mereka bincang-bincang sejenak, Atep dan Kikin
berangkat dengan membawa alat-alat pancing terus menuju tempat yang tadi.
Sesampainya
di tempat pemancingan, yaitu air terjun Curugtelu yang kedua, mereka
memposisikan diri di tempat masing-masing. Atep berada di dekat batu besar dan
Kikin memilih tempat di bawah pohon Albasiah yang ukurannya besar. Keadaan tempat mereka duduk dengan air sungai sangatlah
curam, sehingga kalau terjatuh akan sangat berbahaya. Disamping curam, juga air
tejun kedua sungai curugtelu sangatlah dalam.
Setelah
umpan dipasang, Atep dan Kikin membanting joran ke tengah sungai sehingga
pancingnya tercebur ke air dan jorannya dimasukkan di sela batu. Selang beberapa
menit, joran Atep bergetar yang menandakan adanya ikan yang
memakan umpan. Kemudian atep menarik pancing tersebut dengan segera. “wah, aku
dapat ikan besar ni!” Teriak Atep. Saat itu Kikin melirik ke arah atep berada,”
Tep, cepat angkat! Teriak Kikin. Saat itu Atep mengangkat jorannya, dan
ternyata ikan yang didapat Atep adalah ikan mas yang ukurannya cukup besar.
Setelah ikan berada di darat, Atep membuka mata kail dari mulut ikan kemudian
memasukkannya ke dalam korang. “kin, kamu dapat belum?” Tanya Atep. Kikin
menjawab, “Belum, mungkin umpan pancingku sudah habis,” seru Kikin sambil
melirik kepada Atep. Tetapi saat itu joran Kikin bergetar hebat, dan joran
tersebut terlepas dari himpitan batu, kejadian itu terlihat oleh Atep. “Kin,
itu joranmu terlepas! Teriak atep. Saat itu Kikin terperanjat dan langsung
menyambar ujung joran. Sayang joran tersebut hanya ujungnya yang didapat dan Kikin
meraihnya sambil jongkok. Ketika itu keadaan batu sangat licin, dan Kikin
terpeleset. Sehingga saat itu pula Kikin terjatuh, dan melayang tercebur ke
sungai. Kikin berteriak minta tolong, “Tep, tolooong! Atep terperanjat dan
segera menghampiri tempat Kikin memancing.
Ketika
itu Atep bingung, apa yang harus dilakukan. Selang beberapa detik atep segera
mengambil tindakan. Dia berteriak sekeras-kerasnya, “Lek…,Wan…Cepat kesini!”
karena tempat memancing Atep dan Kikin tidak begitu jauh, sehingga teriakan
Atep terdengar oleh Alek dan Irwan. Mendengar teriakan Atep, mereka segera ke sana dengan terburu-buru. Sesampainya ke tempat
memancing Alek bertanya, “Ada apa Tep, teriak-teriak? Atep segera menjawab,
“I..i.tu Si Kikin jatuh ke sungai,” sambil menunjukkan ke arah tempat Kikin
terjatuh. Ketika itu Alek dan Irwan melirik kearah yang ditunjukan Atep.
“Bagaimana sekarang?” Tanya Irwan. “Bagaimana kalau kita semuanya turun untuk
menolong Kikin? Mereka semua menjawab, “ Iya, kita tolong sama-sama. Kemudian
mereka bertiga segera turun ke sungai melalui jalan yang curam. Setelah mereka
sampai ke ke bawah dekat sungai, keempat orang anak itu langsung lompat ke arah
Kikin tenggelam. Mereka panggil Kikin, “Kin..Kin.! Lek, ayo kita berenang untuk
menemukan Kikin,” ajak Atep. Hampir lima menit Kikin belum diketemukan, mereka
terus mencari dan mencari. Menginjak menit ke enam Atep berteriak,
“Lek..Wan..Kikin ada di sini. Ketika itu, keadaan kikin terkulai lemas.
Kemudian mereka membopong dengan susah payah menuju ke darat pinggir sungai.
Sesampainya di darat mereka meletakkan Kikin di tempat yang aman. Kemudian Atep
menghampiri Kikin,”teman-teman siapa yang bisa melakukan pertolongan pertama
untuk Kikin?” Tanya Atep. Alek segera menjawab, “Biar aku saja!” lalu
alek memberikan nafas buatan, dengan menyedot air dari mulut Kikin. Tidak lama
kemudian Kikin bergerak perlahan, dan akhirnya Kikin muntah air yang cukup
banyak. Ketika itu Irwan tidak tinggal diam, dia memijit punggung Kikin.
Selang
beberapa detik kikin siuman dengan
keadaan belum normal, diakibatkan masih trauma dengan kejadian tadi. Alek
bertanya kepada Kikin,”Kin, bagaimana awal kejadian yang sebenarnya?” Kikin
menjawab dengan suara yang lemas, “A..aaku meraih joran dengan terburu-buru dan
aku terpeleset sehingga aku langsung jatuh ke sungai. “Ketika kamu melayang, kamu ingat
tidak? ”Tanya Irwan. “Ingat hingga aku
tercebur ke air, tetapi ketika aku tenggelam aku tidak ingat lagi.” Jawab
Kikin. “ya sudahlah, pokoknya kamu selamat Kin,”kata Alek sambil belai rambut
Kikin.
Setelah
Kikin sadar kembali, lalu mereka kembali ke tempat memasak. Di sana mereka
bercakap-cakap, dan akhirnya mereka terus memasak dengan lauk satu ekor ikan mas
yang didapat Atep dari hasil pancingan tadi, ikan peda, lalapan serta sambal.
Selang 20 menit, selesailah, mereka makan dan langsung beres-beres untuk
pulang.
Selama
mereka dalam perjalanan pulang, mereka bercakap-cakap seputar kejadian yang
telah dialami. “kalau kita ingat dengan kejadian tadi, aku jadi takut untuk
memancing lagi, kata Irwan sambil berjalan menuju kampong Curugtelu. Atep
mengomentari ucapan Irwan, “Kamu ini bagaimana? Kalau kita ada keinginan, pasti
ada halangan atau rintangan, kita jangan putus asa.” Selama diperjalanan mereka
terus ngobrol seputar kejadian, sehingga tidak terasa sudah sampai ke tempat
tujuan.
Sesampainya
di depan rumah Alek, Kikin, Atep dan Irwan berpamitan untuk pulang ke rumah
masing-masing. Ketika itu alek masuk ke dalam rumahnya dan berkata pada
teman-temannya,”sampai berjumpa lagi besok teman-teman.” Ketiga temannya
menjawab,”ya, mari Lek!” kata ketiga temannya sambil meninggalkan lokasi rumah
Alek. Alek mendekati pintu, dan mengucap dulu salam “Assalamualaikum!” ketika itu tidak ada yang
menjawab, mungkin orang tuanya lagi berada di luar rumah. Kemudian Alek
membukakan pintu, tapi sayangnya pitu terkunci. Ketika itu ia mengambil kunci
di atas kusen jendela. Sepertinya ia tahu, bahwa ketika tidak ada orang di
rumah, kunci disimpan di sana. Setelah kuncinya diambil, kemudian alek membuka
kuncinya sehingga pitu terbuka. Masuklah Alek ke
dalam rumah. Suasana rumah ketika itu hening, yang terdengar hanya kicauan
burung di dahan pohon yang ada di seputar rumahnya. Ia segera menuju kamar mandi untuk membersihkan badan yang kotor selepas
berenang menolong Kikin. Setelah selesai mandi, Alek mengganti pakaian dan mencuci pakaian yang kotor. Alek memang anak yang
rajin. Ia sangat bertanggung jawab atas apa yang telah dilakukan, sehingga tidak
begitu merepotkan orang tuanya.
Setelah semuanya selesai dikerjakan dengan tuntas, Alek merencanakan untuk
mengaji di Madrasah. Ia mempersiapkan segala sesuatunya yang akan digunakan di
tempat itu. Ia memakai busana muslim yang biasa digunakan untuk kegiatan itu.
Sekitar pukul 14.50, Alek keluar
dari rumahnya, menuju Madrasah yang tidak begitu jauh jaraknya. Setelah berada
di depan rumah, ia membaca doa,” tawakaltu alalllohu walahaula walakuata illa billahil
alihil azdim. Kemudian ia melangkahkan kakinya dengan pasti. Alek begitu ikhlas
dan semangat dalam mencari ilmu.
Selama perjalanan, Alek menikmati keindahan alam yang ada. Kebetulan ketika
itu angin menyapa pohon dan sesuatu yang ada di di depannya. Ia mendesir
menerpa Alek dan pepohonan yang bediri
tegak dan melambaikan daun-daunnya. “Allahu Akbar!” kata renungan yang dilontarkan dari mulut Alek.
Tidak terasa olehnya, sampailah ke tempat tujuan. Di sana sudah ada
sejumlah temannya yang sudah menanti sejak tadi. Kemudian mereka berkumpul sambil
bercakap-cakap sembari menunggu bel masuk berdenting. Selang beberapa saat, bel
masuk berbunyi, teng ... teng ...teng! mereka terperanjat kaget, karena suara
bel dekat sekali dengan indra pendengarannya.
Mereka berbaris di depan kelas, dikomando oleh Alek. Alek diangkat Ketua
murid oleh teman-temannya yang dipilih melalui pemungutan suara. Sungguh
disiplin anak-anak Madrasah Darul Falah. Mereka pandai dalam melakukan
tindakan. Segala aturan di lembaga tersebut dilaksanakan dengan baik.
Setelah berada di dalam ruangan kelas, mereka duduk di kursi masing-masing
dengan tertib. Selang beberapa detik, guru kelas mereka masuk, “
Assalamualaikum! kata Pak Guru yang bernama Bejo. Ketika itu anak-anak serempak
menjawab, “ Waalaikum salam”. Alek langsung memimpin do’a, “Siap, beri hormat!”
Anak anak yang lain langsung berdoa serempak dengan keadaan duduk tegap.
Karya : Dadang Suparman, S. Pd
DONGENG LEGENDA LURAH JAYADI
Dina
kira-kira taun 1890an, aya hiji lelewek
anu kaayaannana masih keneh mangrupa leuweung. Lelewek eta ngaranna Curugtelu. Ceunah mah ngaran
Curugtelu dijieun ku urang Jawa tengah anu kungsi nyicingan lelewek eta.
Ieu jalma mere ngaran Curugtelu luyu
jeung kaayaan tilu curug di wahangan Cipalu. Mun ditempo ti pasir anu
pangluhurna bakal katempo tilu curug jero anu endah kacida. Ti saprak harita
katelah, lelewek eta ngaranna Curugtelu.
Jaman
harita, anu nyicingan lembur curugtelu masih keneh can loba. Malah mah imah anu
aya masih keneh cul-cel, dina harti encan loba. Aya hiji jalma anu katelahna Lurah
Jayadi, manehna mangrupa jalma anu kawilang dipikaserab ku jalma sejen,
kulantaran tindak-tandukna hade ka sasama, pamikirna asok merhatikeun pikeun kamajuan
balarea.
Dina
waktu harita, pangwangunan oge masih keneh katinggaleun ti wewengkon sejenna. Salah
sahijina dina widang pertanian, masih keneh hese ku cai, kulantaran sumber
caina nganelkeun tina cai nyusu, sedengkeun cai nyusu mah aya, saupama turun
hujan jeung loba tatangkalan.
Dina
hiji waktu Lurah Jayadi mikir, kumaha
carana pikeun ngalancarkeun cai kana sawah, balong, jeung lian-lianna deui. Dasar
jalma anu rada hade pamikir, bray wae aya ideu anu hade, nyaeta arek nyieun
susukan anu caina ti wahangan Cipalu. Ngan dina jero hatena
ngagerentas”Ke..ke..ke! Aing ngagunakeun naon yeuh keur ngagali taneuhna?” kitu
ceunah. Ngan waktu harita manehna mikir bari leumpang nuju ka hiji tempat anu
teu pati jauh ti imahna. Barang anjog ka sisi wahangan anu aya curug, maneha
turun, tuluy asup ka jero guha leutik. Eta curug teh disebutna Curug centil,
meureunan ngaran eta teh luyu jeung kaayaan batuleutik anu nyelap diantara dua batu gede. Teuing
naon anu dilakukeun di jero guha, ngan teu lila manehna kaluar deui bari
leumpang nuju ka jero leuweung.
Saanjogna
ka jero leuweung, manehna ngalugas bedog pikeun mates tangkal anu ngaranna Bingbin anu
ukurannana sagede pigeulangan leungeun. Sanggeus beres, tuluy ngagedig deui
nuju wahangan Cipalu. Satepina ka sisi wahangan, manehna kunyam-kunyem
babacaan, teuing naon anu dibacana, nu katangen leungeunna ngaheumbatkeun
tangkal Bingbin kana batu anu aya di dinya. Geduk! brah beulah, Geduk! brah
beulah, kitu jeung kitu nepi ka poe harita mah meunang 2 meter mah.
Poe
isukna, Lurah Jayadi nuluykeun pagawean pikeun ngawujudkeun susukan tea. Geduk
deui manehna ngagali taneuh jeung batu ngagunakeun pakakas tangkal Bingbin bari
teu loba omong, Ikhlas pisan baranggawena.
Dina pikirna, masing kudu ngorbankeun jiwa, moal munur sasiku ngejat satunjang
beas pikeun ngawujudkeun cita-citana nyaeta nyieun susukan pikeun nyumponan
kabutuh jalma-jalma anu aya di lelewek Curugtelu, Cimasri, jeung Cibalieur.
Kira-kira
meakeun waktu sataun, ngawujud we susukan atawa irigasi pikeun kamanfaatan
tatanenna masyarakat sabudeureun. Loba sawah, balong jeung anu lianna anu
ngagunakeun susukan beunang nyieun Lurah Jayadi pikeun kamakmuran rahayat anu
aya di sabudeureunnana.
Tah, sakitu
sajarah ngawujudna hiji susukan anu aya di kp. Curugtelu, nepi kaayeuna pisan
karasa manfaatna ku masyarakat anu hirup di wewengkon eta. Sababaraha lelewek
mah tepi ku ngalirna cai meunang nyieun Lurah Jayadi, kayaning Kp. Cimasri,
Cibalieur, katut lembur sejenna.
Pikeun
masyarakat anu heunteu poho kana sajarah ma,
asok rajeun datang ka tempat anu aya Tugu ciri dijieunna Susukan. Tugu
ieu ayana di Kp. Pencut, kaayaan ukurannana mah leutik, tapi bisa dijadikeun
bukti pikeun mere sumanget ka masyarakat ngawujudkeun hiji hal gede anu manfaat
pikeun balarea.
Karya : Dadang Suparman, S. Pd.
Relawan Pustaka Culamega/ Guru SDN Curugtelu
Jumat, 14 Februari 2014
LAUNCHING TAMAN BACA PUSTAKA CULAMEGA
Sejak pukuk 07.00 pagi halaman basecamp Guru Rantau Culamega yang
berlokasi di Kampung Curugtelu Desa Bojongsari Kecamatan Culamega penuh sesak
dijejali masyarakat sekitar serta tamu undangan yang terdiri dari aparatur
pemerintah, tokoh masyarakat, tokoh pendidikan, serta alim ulama yang berada di
wilayah Culamega dan sekitarnya. Saung bambu serta beberapa kursi bambu yang
disediakan oleh panitia tak cukup untuk menampung peserta kegiatan, hal ini
membuat sebagian besar dari mereka harus rela duduk berdesakan lesehan di atas tanah dengan beralaskan
tikar. Wahyu Kamal sebagai salah seorang
pentolan Komunitas Guru Rantau Culamega yang bertindak sebagai pembawa acara
melaui pengeras suara mewartakan bahwa acara launching TBM Pustaka Culamega akan segera dimulai dengan ditandai penampilan
beberapa kreasi seni oleh anggota TBM Pustaka Culamega. Pada kesempatan ini
penampilan musik rebana serta pemutaran video dokumenter semakin menyedot
perhatian peserta kegiatan launching TBM Pustaka Culamega. Sebenarnya kelahiran
TBM Pustaka Culamega adalah produk lanjutan yang dibidani Komunitas Guru Rantau,
setelah lahirnya GR FM sebagai radio komunitas yang mengudara dengan
konten-konten acara yang didominasi oleh materi pendidikan. Hal ini terungkap pada sambutan Dadang
Suparman selaku Ketua Komunitas Guru Rantau Culamega yang menjelaskan
keberadaan Pustaka Culamega dan GR FM sebagai upaya kelompoknya yang
bekerjasama dengan masyarakat sekitar guna menyediakan pendidikan non formasl. Lebih
lanjuta Dadang mengatakan bahwa kelahiran TBM Pustaka Culamega adalah salah
satu usaha untuk menciptakan masyarakat literat di wilayah Culamega secara
khusus, umumnya di Tasikmalaya bagian selatan.
kegiatan ini diisi juga dengan santunan terhadap yatim piatu
bagi anak-anak yang tersebar di Desa Bojongsari. Program hasil kerjasama
Komunitas Guru Rantau Culamega dengan UPK Kecamatan Culamega rencananya akan
dilakukan secara berkesinambungan. “Santunan ini hanya salahsatu pelecut bagi
kita semua, untuk senantiasa peduli terhadap orang-orang sekitar, ini sebagai
usaha kami untuk membaca lingkungan” cetus Iwan selaku Ketua UPK Kecamatan
Culamega selepas menyerahkan dana santunan secara simbolis kepada beberapa
orang anak.
Acara puncak launching TBM Pustaka Culamega diisi dengan
kegiatan diskusi pentingnya literasi dengan pemateri Asep Dudung, S.Pd., selaku
penilik PNF UPTD Pendidikan Kecamatan Culamega, Agung Ilham Ssetiadi selaku
pegiat media Tasikmalaya Selatan, serta Drs. E Mawardi Yazid selaku Camat
Culamega. Pada sesi ini, Opik salahseorang pengurus Komunitas Guru Rantau
Culamega yang bertugas selaku moderator mencoba menggiring wacana mengenai
rencana para pemateri guna membantu tumbuh kembangnya kegiatan literasi di
Kecamatan Culamega. Dalam hal ini, Camat Culamega mengatakan siap mengajukan
permohonan bantuan buku kepada pihak perpustakaan daerah kabupaten Tasikmalaya,
sedangkan pihak penilik PNF menyatakan kesiapannya membantu terbitnya izin
operasional. Dalam sesi yang sama Agung Ilham Setiadi selaku pegiat media mendorong
seluruh komponen masyarakat untuk membantu berjalannya program pustaka
Culamega, selain itu ia mengatakan bahwa ia akan mencoba menghubungi
pihak-pihak tertentu guna turunnya bantuan buku. Diakhir sesi diskusi Camat
Culamega juga menghimbau masyarakat untuk senantiasa memanfaatkan seluruh
potensi yang ada di daerahnya, salah satunya yaitu memanfaatkan pekarangan
rumah untuk digunakan lahan bercocok tanam. “Mari kita membaca teks sebagaimana
perintah Alloh, SWT., serta membaca potensi lingkungan salah satunya
lahan-lahan pekarangan untuk dimanfaatkan sedemikian rupa” Sebelum acara
diskusi berakhir salah seorang pemateri yaitu Agung Ilham Setiadi atau yang
lebih dikenal dengan panggilan Kang AIS menyedekahkan buku “Antara Lebak Siuh
dan Ciusurupan, Mengenang Gubernur Sewaka di Pengungsian” yang telah ia tulis
selama 10 tahun kepada Asep Nono selaku ketua pengelola TBM Pustaka Culamega.
Penulis:
Nero Taopik Abdillah
Selasa, 04 Februari 2014
PERINGATAN MAULID NABI MUHAMMAD SAW & LAUNCHING TBM PUSTAKA CULAMEGA
Dalam rangka memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW
1435 H, dan Launching Taman Baca Masyarakat (TBM) Pustaka Culamega, Kami
berencana melaksanakan serangkaian acara diantaranya :
- 1. Gema Pembacaan Sholawat dan Doa;
- 2. Santunan Anak Yatim / Piatu;
- 3. Kuliah umum dengan tema “Membangun desa melalui kegiatan literasi dan pengembangan ekonomi kreatif” oleh Bapak Camat Culamega, serta pembukaan TBM Pustaka Culamega;
- 4. Tabligh Akbar;
- 5. Gelar music Qasidah.
Insya Alloh acara tersebut akan kami laksanakan pada :
Hari / tanggal
: Minggu , 09 Pebruari 2014
Waktu
: 07.30 WIB s/d Selesai
Tempat
: Saung TBM Pustaka Culamega/Studio GR FM
: Kp. Curugtelu Desa Bojongsari Kec. Culamega
Kab. Tasikmalaya